Sejarah Huruf Braille untuk Sistem Komunikasi Tunanetra

Sejarah Huruf Braille untuk Sistem Komunikasi Tunanetra

Peringati Hari Braille Sedunia

Bismillah, sahabat UMV…
Dihari ini kita berada tepat di tanggal 4 Januari, dimana diperingati sebagai Hari Braille Sedunia. Bagaimanakah tulisan Braille tercipta sebagai sistem komunikasi Insan Tunanetra?

Huruf Braille kini digunakan oleh para penyandang Tunanetra dengan sistem tulisan sentuh dan menggunakan kerangka penulisan seperti kartu domino. Matriks Braille sebutan satuan dasar dari sistem tulisan ini terdiri dari 6 titik timbul setiap matriks sel nya yang berisi 2 titik mendatar dan 3 titik menurun. Ke-6 titik tersebut di susun sedemikan rupa, sehingga menciptakan 64 macam kombinasi
yang dapat melambangkan abjad, tanda baca, angka, tanda musik, simbol matematika, dan lainnya. Perlu kita ketahui bahwa penemunya adalah anak genius yang baru berusia 15 tahun pada waktu itu, bernama Louis Braille.

Siapakah Louis Braille?

Louis Braille merupakan pria Prancis kelahiran 4 Januari 1809, seorang pencipta sistem tulisan Braille yang digunakan oleh Insan Tunanetra atau disabilitas netra. Sistem baca Braille diambil dari namanya, Louise Braille. Sistem tersebut dikatakan sebagai “Tulisan Malam” (Night Writing). Ini dirancang khusus untuk tentara perang yang menggunakan kombinasi dua belas titik. Braille muda menyadari manfaat sistem ini. Ia pun mengembangkan sistem yang lebih sederhana dengan menggunakan enam titik. Meski demikian, sistem baca Braille merupakan penyempurnaan dari penemuan Charles Barbier yang pada saat itu bertugas sebagai tentara Prancis, menemukan kode yang menggunakan kombinasi berbeda dari 12 titik timbul untuk mewakili suara yang berbeda. Barbier menyebutnya Sonografi Sistem.

Mereka yang tidak bisa melihat akan memecahkan kode titik-titik dengan menyentuhnya. Tujuannya adalah agar tentara dapat berkomunikasi secara diam-diam di malam hari, tetapi karena tidak berhasil sebagai alat militer, Barbier berpikir sistem tersebut mungkin berguna untuk Tunanetra. Louis Braille menghabiskan waktu tiga tahun dari usia 12 hingga 15 untuk mengembangkan sistem yang jauh lebih sederhana. Sistemnya hanya memiliki enam titik. Tiga titik berbaris di masing-masing dua kolom. Dia menetapkan kombinasi titik yang berbeda ke huruf dan tanda baca yang berbeda, dengan total 64 simbol.

Keberhasilan Louis Braille

Louis Braille berhasil mengembangkan kode berdasarkan sel dengan enam titik. Kode ini memungkinkan ujung jari penggunanya bisa merasakan seluruh unit sel tersebut dengan satu sentuhan, kemudian berpindah dengan cepat ke sel lain. Seiring berjalannya waktu, Braille akhirnya diterima di seluruh dunia sebagai abjad penyandang Tunanetra. Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa (UNGA) pun mengakui peran luar biasa Braille. Hingga pada November 2018, tanggal 4 Januari ditetapkan Hari Braille Sedunia. Pada peringatan pertamanya tahun 2019, Hari Braille Sedunia diperingati di setiap negara untuk mengingat kembali perjuangan Louis Braille agar Insan Tunanetra dapat membaca meski tanpa penglihatan.

Mari kita rayakan dan mendalami warisan abadi Louis Braille, dengan memberikan kesempatan untuk Insan Tunanetra dapat memiliki dan membaca Al-Quran Braille.

Kontribusi dan Informasi wakaf Al-Quran Braille : 022-522 8552/0811-911-0800

Skip to content