Kisah salah satu muwakif LSM Ummi Maktum Voice yang berprofesi sebagai supir angkot

Bismillahirrahmanirrahim
Dengan rahmat Allah yang maha kuasa dengan segala karunia dan kemuliaannya alhamdulillah LSM Ummi Maktum voice masih konsisten untuk tetap teguh menjalankan program pemberantasan buta huruf Al-qur’an braille. Tak hanya untuk wilayah Bandung atau Jawa Barat program ini adalah untuk semua insan tuna netra yang ada di Indonesia.

Insan tuna netra pada hari kian terus bertambah ada yang Allah kehendaki untuk tidak bisa melihat dari lahir ada pula yang diakibatkan oleh kecelakaan dan penyakit yang di derita. Ketika Allah menuliskan suratan takdir,kita sebagai mahluk yang segalanya bergantung hanya pada-Nya sesnantiasa menerimanya dengan lapang dada dan percaya bahwa ini adalah perkara terbaik untuk kita.

Al-Qur’an merupakan cahaya dan petunjuk bagi umat manusia tanpa terkecuali insan tuna netra. Saat mata secara fisik tertutup bukan berarti mata hati juga luput dari cahaya. Dengan Al-Qur’an braille setiap insan tuna netra berhak mencicipi kenikmatan dan ketentraman hati saat terus berdekatan dengan Al-Qur’an serta sakinah saat bibir mampu melantunkan asma-Nya.

Wakaf yang senantian ayah dan bunda titipkan kepada LSM Ummi Maktum Voice insyaallah menjadi wasilah setiap insan tuna netra dapat memiliki Al-Qur’an tanpa berbayar.

Beberapa waktu lalu kami terenyuh dengan kedermawan salah seorang muwakif LSM Ummi Maktum Voice beliau berprofesi sebagai supir angkot kalapa-ledeng. Beliau mengubungi kami dengan layanan jemput wakaf kami menemui bapak tersebut. Dengan bersahaja beliau mempersilahkan kami masuk ke dalam angkot yang menjadi wasilah rezekinya setiap hari.

Sumbringah dan teduh wajah beliau juga terlihat malu dengan kehadiran kami beliau kemudian memberikan uangnya untuk berwakaf. Beliau berkata bahwa “setiap manuisa sudah memiliki rezekinya sedikit maupun besar tetap ada hak orang lain di dalamnya, penghasilan saya tidak banyak tapi semoga bisa membantu” .

Kemudian beliau menceritakan keseharian dalam perjalanannya selama bertahun-tahun menjadi supir angkot untuk menghidupi keluarganya. Dari beliau kami belajar bahwa tak perlu menunggu berkecukupan untuk dapat berbagi, dengan kerendahan hati serta bersyukur dengan yang dimiliki dan berbagi dengan sesama membuat kita menjadi orang yang besar.

Sejatinya amalan yang disukai Allah adalah amalan yang sedikit namun istiqomah karena dari apa yang kita berikan hanya ketaqwaanlah yang akan sampai kepada Allah swt.

Semoga kita semua mampu terus belajar dan terus belajar menjadi jiwa jiwa yang lapang dada, sering bersyukur dan murah berbagi. Insyaallah Aamiin.

مَثَلُ الَّذِينَ يُنْفِقُونَ أَمْوَالَهُمْ فِي سَبِيلِ اللَّهِ كَمَثَلِ حَبَّةٍ أَنْبَتَتْ سَبْعَ سَنَابِلَ فِي كُلِّ سُنْبُلَةٍ مِائَةُ حَبَّةٍ ۗ وَاللَّهُ يُضَاعِفُ لِمَنْ يَشَاءُ ۗ وَاللَّهُ وَاسِعٌ عَلِيمٌ

Terjemah Arti: Perumpamaan (nafkah yang dikeluarkan oleh) orang-orang yang menafkahkan hartanya di jalan Allah adalah serupa dengan sebutir benih yang menumbuhkan tujuh bulir, pada tiap-tiap bulir seratus biji. Allah melipat gandakan (ganjaran) bagi siapa yang Dia kehendaki. Dan Allah Maha Luas (karunia-Nya) lagi Maha Mengetahui. (Al-baqarah 261)

Skip to content